Arwah Gentayangan Angeline

Arwah Gentayangan Angeline − Hari itu, aku berencana menjenguk pacarku yang sedang sakit di kostnya. Kasihan Brian pacarku karena kemarin aku minta untuk mengantarkan kue pesanan sambil hujan-hujanan, sekarang dia masuk angin. Dia memang baik, karena itu juga aku sayang sekali sama Brian. Dia tipe pacar yang tidak banyak mengeluh dan selalu ceria. Malah terkadang aku jadi malu sendiri, gara-gara sikapnya yang selalu memanjakanku dan tidak pernah menolak apa yang kupinta. Kadang, hasil dari memanjakanku bisa seperti membuat Brian terbaring sakit di kostnya.

Sebenarnya, kalo tidak ada urusan mendesak, aku malas untuk datang ke kost itu. Selain karena itu kost cowok, kost Brian juga cukup angker. Berada di bangunan tua yang sudah tak terurus sering membuatku merasa tidak enak. Sudah sering aku memaksa Brian pindah, tetapi dia selalu menolak dengan alasan penghematan.

Satu hal lagi yang membuatku malas ke sana, adalah jauhnya dari rumahku. Lokasi kost-kostan itu berada di daerah Awiligar, Bukit Ligar tepatnya sedangkan rumahku di Bandung Selatan. Tapi, yah sudahlah aku coba untuk tidak banyak mengeluh. Semua ini aku lakukan demi rasa sayangku kepada Brian. Singkat cerita, aku sampai di kostan seram itu. Bangunan besar tua dan tidak terurus. Sesaat, aku mengamati dan berpikir.

Mungkin karena ini kost cowok, jadi jarang ada yang berinisiatif untuk mengurus dan membersihkannya. Bahkan kondisi parkirannya saja sangat berantakan, sampai aku sering memarkirkan mobil di luar. Setelah parkir, aku membuka gerbang kost. Suara derit pintu besi tua pagar itu membuatku ngilu mendengarnya. Langkah kakiku terdengar buru-buru menginjak semen-semen yang sudah mulai terkelupas dan sisinya ditumbuhi lumut. Sungguh sebuah pemandangan yang bikin mood ini drop.

Setelah masuk bangunan, aku menghentikan langkah kaki sejenak. Kulihat sebuah koridor sepi dan gelap. lni adalah bagian yang paling membuatku takut dan kamar Brian terletak di ujung koridor tersebut. Aku takut bila tiba-tiba sesuatu muncul di koridor itu. Aku mempercepat langkah dan ketika sedang berjalan di koridor itu, kudengar suara bisikan memanggilku.

Aku membalikan badan dan melihat kiri-kanan mencari sumber suara itu. Tapi, tidak kulihat ada siapapun. Bulu kuduk ini seketika berdiri. Aku langsung lari ke kamar Brian. Dengan napas tersenggal aku masuk ke kamar paling ujung kamar Brian. Brian yang sedang tidur pun terbangun.

“Loh? Kenapa, Sayang? seperti yang dikejar setan gitu?”.

“Bukan apa-apa, kok” kataku.

Dalam pelukan Bryan, aku merasakan badannya panas. Sepertinya, dia demam. Aku pun membuka bungkusan yang aku bawa dan menyuruhnya makan. Sambil menyuapinya, aku kembali menyampaikan keluhanku tentang rasa malas dan takut kalau disuruh ke kost ini. “Nggak ada apa-apa kok Sayang, paling cuma perasaan kamu saja. Buktinya, aku berbulan-bulan tinggal di sini belum pernah melihat yang aneh-aneh. Apalagi masalah han..”

Belum sampai Brian menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba listrik di kost mati. Aku terkejut setengah mati. Langsung saja aku memeluk Brian.

“Tenang, cuma mati lampu, kok. Aku coba periksa dulu yah, siapa tahu skring-nya putus lagi. Kemarin juga sama seperti ini”.

“Tapi aku takut, Brian” potongku.

“Pintunya aku biarkan terbuka, ya. Biar nggak terlalu seram” kata Brian sambil tersenyum menenangkan.

Brian beranjak dari tempat tidur dan langsung melangkah ke luar kamar. Aku terduduk diam di atas kasur, sambil memperhatikannya pergi. Sekarang, hanya tinggal aku sendiri dan pintu kamar yang terbuka lebar. Dari kasur, aku bisa melihat lorong panjang yang gelap dan Tiba tiba saja, pandanganku menangkap sebuah bayangan hitam di ujung lorong.

“Sayang, itu kamu?”. Bayangan hitam itu hanya berdiri dan bergeming. Pelan-pelan, bayangan itu bergerak ke arahku. “Sayang, kenapa belum nyala listriknya?”. Aku terus memanggil ke arah bayangan itu, tapi ada yang aneh. Bayangan itu seperti terlihat kaku. Jalannya seperti diseret! Ketika sosok itu bergerak lebih dekat, aku baru bisa melihat agak jelas bentuknya. Ternyata, yang aku lihat itu bukan Brian.

Melainkan sosok perempuan tinggi besar dengan tubuh hitam legam. Kulitnya terlihat gosong, Dia berjalan kaku ke arahku, dia terus berjalan dan terus berjalan sambil menggusur badan. Aku gemetaran di atas kasur. “Brian,” suaraku terdengar parau memanggil pacarku. Tanpa bisa melakukan apa-apa, perempuan berbadan gosong itu sekarang sudah berada tepat di depanku. Kini aku melihat jelas mukanya. Mukanya berantakan, hampir terbakar setengahnya.

Dengan matanya yang merah menyala, dia menatap marah kepadaku. Perlahan bibir hitamnya bergerak dan mengeluarkan nada marah. Wanita itu memarahiku dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Mungkin karena aku diam saja, dia lalu menarik tanganku dengan paksa. Cengkramannya yang kuat terus menarikku, kemudian dia menarik rambutku, sepertinya aku tak boleh berada di situ. “Jangan, hei. Siapa kamu? Brian tolong”.

Perempuan itu tertawa dan menggeram. Membuatku sangat ketakutan, Sampai akhirnya. “Hei, Pergi kamu. Jangan ganggu pacarku, sudah sana kembali kau ke dapur jangan ganggu kami. Kami tidak punya salah padamu. Bukan dia yang membuatmu jadi begitu” Tiba-tiba, Brian datang dan menghardik sosok itu. Peremuan itu berteriak seperti tidak merelakan sesuatu. Aku tidak mengerti, sepertinya Brian sudah tahu tentang sosok perempuan itu. Akhirnya bagaikan sihir, perempuan itu menghilang dalam kepulan asap hitam.

Brian memeluk dan menanyakan kondisiku. Aku hanya bisa menangis sambil memeluknya kencang. Setelah semua menjadi tenang, barulah Brian menceritakan siapa hantu perempuan berbadan gosong tadi. Ternyata, dulu di kostan ini ada seorang pria sebut saja Rifan. Rifan sering didatangi pacarnya yang bernama Angeline di kost itu. Pada suatu hari, mereka bertengkar hebat, perempuan yang mengaku kekasih Rifan memergokinya sedang memadu kasih dengan perempuan lain.

Karena sangat terpukul, perempuan itu sampai membakar diri lalu meninggal di depan kamar Rifan. Kejadian itu membuat heboh warga sekitar. Meskipun tidak kena sanksi hukum karena tidak berbuat salah Rifan pergi dari kota ini, arwah perempuan yang membakar diri itu tetap tinggal di kost ini. Dia juga bisa jadi sangat marah jika ada perempuan yang datang. Ternyata bukan cuma aku, beberapa perempuan yang datang ke sana juga pernah diganggunya. Akhirnya Brian memutuskan pindah kost karena semenjak kejadian itu Brian sering didatangi arwah wanita gosong. Sejak itu, aku tidak malas lagi mengunjungi pacarku.

Post Popular :