Ditolong Hantu

Advertisement

Ditolong Hantu − Malam itu Bandung seperti biasa dipadati oleh kendaraan luar kota. Dan itu membuat kemacetan yang cukup parah di sepanjang jalan Dago. Aku yang malam itu mengendarai sepeda motor, mencoba untuk mencari jalan agar tidak terjebak arus macet di sepanjang jalan Dago. Aku mulai memutar balik motorku di depan sebuah Factory Outlet, memasuki jalan kecil, jalan Hasanudin, yang padat oleh mobil yang parkir. Dan melewati sebuah jalan yang cukup gelap.

Itu jalan Raden, Palang jalan itu sudah mulai tidak terbaca. Motorku berjalan pelan. Menyusuri jalan yang tidak terlalu panjang. Tapi, ketika aku melewati sebuah Taman Kanak-kanak di sana. Tiba-tiba saja motorku mendadak berhenti. “Yah.. mogok lagi nih motorku!” Lalu aku mencoba menyalakan motorku. Tapi tidak ada hasilnya.

Aku periksa tangki bensin, tapi bensinnya masih banyak. Aku kembali mencoba menghidupkan motorku. Dalam keadaan panik, tiba-tiba saja bulu kuduk berdiri. Mendadak aku merasakan suasana yang amat sangat sepi. Ditambah dengan rumah berarsitektur Belanda di sekelilingku. Membuatku ingin cepat pergi dari sini. Tapi aku mencoba tenang. Sambil terus kembali menghidupkan motorku.

Aku mencium bau busuk yang amat sangat menyengat. Awalnya aku berpikir, “Ini sih kayaknya Bau bangkai” Atau mungkin bau bangkai yang berasal dari got yang berada di sebelahku. Tapi ketika tanpa sengaja ujung mataku melihat ke arah spion. Seperti ada bayangan putih yang bergerak cepat. Kontan aku melihat ke arah belakangku. Tapi yang ku lihat hanyalah jalanan yang gelap dan sepi. Dan ketika aku melihat ke arah halaman TK yang ada di sampingku.

Aku melihat ayunan yang ada di halamannya bergerak dengan sendirinya. Bergerak ke depan dan ke belakang, seolah-olah ada yang menaikinya. Namun anehnya tidak ada angin yang kurasakan pada saat itu. Aku coba untuk tak memperdulikannya. Kuputuskan untuk mendorong motorku dan mencari tempat yang agak tenang. Tapi sepertinya ada yang menahan motorku.

Aku melafalkan doa yang ku hafal dan berhenti sejenak. Saat aku mulai merasa tenang. Aku mencoba membuka mata. Dan Ya Tuhan! Sekarang tepat di depanku duduk seorang perempuan. Perempuan itu duduk tepat di atas motorku. Wajahnya pucat dan dia terus menatap ke arahku dengan wajah sedih. Aku langsung membanting motorku dan berlari sambil berteriak minta tolong. Saat aku lihat ke belakang. Perempuan itu kini berdiri tepat di sebelah motorku yang jatuh.

Setelah aku berlari dan berteriak minta tolong, seorang pria setengah baya dan seorang pria seumuranku menyetopku dan mereka bertanya kepadaku apa yang terjadi. Sambil tersengal–sengal, aku menjelaskannya. Setelah aku selesai bercerita, si Bapak itu berbisik pada anaknya dan tak lama kemudian anaknya berjalan ke arah motorku yang jatuh.

Bapak itu berkata, kalau dia meminta kepada anaknya untuk mengambilkan motorku. Aku mulai tenang, sekarang duduk di bangku dekat warung sambil mengingat kejadian yang baru saja aku alami tadi. Tak berapa lama aku mendengar suara motorku mendekat. Kulihat anak bapak penjaga warung tadi mengendarai motorku. Tapi saat si anak penjaga warung itu berhenti, di bangku belakang motorku, si perempuan itu duduk dibelakang sambil kembali memandangiku.

Aku yang ingin teriak mendadak tidak bisa mengeluarkan suara. Tidak bisa sama sekali. Dan saat Bapak warung itu keluar, aku hanya menggenggam tangannya dengan erat. Si Bapak itu sepertinya mengerti apa maksudku memegang erat tangannya. tak lama ia melafalkan doa dengan suara pelan disusul dengan beberapa ucapan bahasa sunda yang intinya menyuruh perempuan itu untuk pergi dan jangan mengganggu.

Tak berapa lama kemudian, perempuan itu perlahan melayang pergi jauh. Si Bapak yang berada di sebelahku langsung menceritakan, kalau aku memang diikuti sosok perempuan tadi. Beberapa kali si Bapak itu juga cerita kalau dia pernah membantu orang yang melintasi jalan ini sendirian dan melihat penampakan perempuan tadi. Menurut cerita Bapak Warung itupun, perempuan itu selalu menampakkan diri kepada orang yang melintas di jalan ini sendirian.

Baik menggunakan mobil atau motor. Dan konon, perempuan itu adalah korban kecelakaan yang ditabrak lari dan kejadian tersebut terjadi belasan tahun lalu. Setengah jam kemudian setelah aku mengobrol dan mengetahui lebih jauh sejarah tentang penampakan arwah perempuan tadi, aku berpamitan langsung pulang. Aku bersumpah tak akan melewati jalan ini lagi. Apalagi di malam hari dan sendirian. Namun beberapa hari setelah kejadian itu.

Aku terpikir untuk mampir dan berkunjung ke warung Bapak itu untuk sekedar berterima kasih telah menolongku. Maka saat itu setelah sepulang dari kampus, aku langsung menuju jalan itu. Dan sesampainya di sana. “Loh, warungnya mana?” Warung tepat aku menunggu waktu beberapa hari lalu. Sekarang tidak ada, aku terdiam agak lama sambil memperhatikan ke sekelilingku. Aku ingat sekali.

Warung itu ada di posisi ini. Tapi yang aku dapati sekarang hanyalah trotoar dengan pohon besar yang berjajar. Tak jauh aku melihat ada seorang tukang tambal ban. Aku coba dekati tukang tambal ban itu dan bertanya tentang keberadaan warung yang aku cari. Tukang tambal itu terlihat sedikit agak bingung. Saat aku tanyakan warung yang aku maksud. Dia menjawab bahwa di sini memang tidak ada warung.

Aku kembali bertanya meyakinkan, lalu si tukang tambal ban itu menjawab. Katanya, dulu memang ada warung. Tapi itu sepuluh tahun yang lalu. Namun, warung itu terbakar. Bapak pemiliknya serta dua anaknya, satu laki dan satu wanita meninggal saat kejadian. Aku terdiam sambil mendengarnya. Jadi yang beberapa hari lalu itu menolongku adalah mereka.

Post Popular :